Hai readers,,,aye mau share cerita dari kisah nyata yang aye ambil dari buku Chicken Soup for the Romantic Soul. Mudah-mudahan bermanfaat ye buat semuanye,,nyok disimak,,,
"Hadiah terbesar dari cinta adalah kemampuan untuk menyucikan segala sesuatu yang disentuhnya,,"Barbara De Angelis
Orang tua ku jatuh cinta pada pandangan pertama, dan mereka telah menjalani kehidupan cinta selama lebih dari lima puluh dua tahun. Mereka bukan saja merasa nyaman terhadap satu sma lain atau sekedar saling bertoleransi terhadap kekurangan masing-masing. Mereka masih sungguh-sungguh saling jatuh cinta, berikut semua gairah, sakit hati, seta gejolak emosi lainnya.
Ayah selalu lebih suka menggoda daripada romantis, dan ia telah membanjiri kami dengan cerita-cerita eksploitasinya. Misalnya, pertama kali ia dan ibu saling bicara adalah sesudah Perang Dunia II, setelah ayah kembali dari Jeoang. Ia sedang mengendarai mobil baru kakaknya ke kota ketika ia melihat Ibu memasuki toko furnitur. Ia segera berhenti, melompat keluar dari mobil dan berhasil memasuki toko tepat dibelakang Ibu. Ibuku, yang saat itu berusia dua puluh enam tahun, dan sedang berpikir mencari apartemen, meminta kepada pemilik toko untuk menunjukkan satu set tempat tidur tunggal, yang telah ia lihat seminggu sebelumnya. Ayah, yang saat baru sekedar mengenak Ibu, melangkah ke sisinya dan berkata, “Ah Maude, masa kita tidur ditempat tidur tunggal?”
Tiga bulan kemudian mereka menikah, dan mereka memang tidur di atas dua tempat tidur tunggal itu sampai mereka mampu membeli tempat tidur ganda. Lima puluh tiga tahun kemudian mereka masih tidur di tempat tidur yang sama.
Pada usia tujuh puluh delapan, Ayah menjalani bedah jantung. Ibu yang berusia tujuh puluh enam tahun menghabiskan setiap malam di rumah sakit, dan setiap siang di sisi tempat tidurnya. Hal pertama yang Ayah katakan ketika mereka melepas selang tenggoroknya adalah hal yang paling romantis yang pernah kudengar. Ia berkata, “Maude, kau tahu apa yang dokter temukan ketika membedahku? Ia menemukan namamu terukir dijantungku.”